Info-RI.id - Kementerian Perhubungan melakukan berbagai terobosan
pembangunan infrastruktur transportasi selama 3 tahun pemerintahan
Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Pembangunan transportasi yang diprioritaskan untuk
wilayah-wilayah terdepan, terisolasi, dan rawan bencana mampu menjaga
ketersediaan bahan pokok dan menekan disparitas harga.
Program seperti tol laut dan pembangunan bandara-bandara
baru dilakukan untuk mewujudkan konektivitas, pemerataan kesejahteraan
dan ekonomi yang berkeadilan.
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan
pembangunan ini dilakukan sebagai langkah nyata dalam mendukung program
Presiden Joko Widodo untuk mewujudkan pemerataan dan mengurangi
ketimpangan serta mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Negara dengan pembangunan perekonomian yang baik tentu
mempunyai pendapatan yang meningkat, pertumbuhan ekonomi yang lancar,
dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Pembangunan infrastruktur transportasi menunjang pembangunan
ekonomi sehingga tercipta pemerataan kesejahteraan dan ekonomi yang
berkeadilan.
Keberhasilan pembangunan sangat dipengaruhi oleh peran
transportasi sebagai penghubung distribusi ekonomi, politik, dan sosial
budaya.Tanpa adanya sarana dan prasarana transportasi yang baik dan
memadai, maka pembangunan perekonomian dapat terhambat.
Keberadaan transportasi mampu memperkuat, memajukan, dan
membuka kesempatan ekonomi bagi masyarakat yang tinggal di daerah
terdepan, terisolasi, dan rawan bencana.
Selain itu, dapat meningkatkan konektivitas nasional antara
Indonesia Bagian Barat, Indonesia Bagian Tengah, dan Indonesia Bagian
Timur serta meningkatkan efesiensi dan efektifitas transportasi
nasional.
Sektor transportasi mempunyai peran yang strategis sehingga
harus dapat menjalin konektivitas antarpulau dan mampu mewujudkan
aksesibilitas ke seluruh wilayah tanah air Indonesia. Hal tersebut
dilakukan untuk mewujudkan pemerataan ekonomi yang berkeadilan.
Kementerian Perhubungan membangun bandar udara baru dan melakukan rehabilitasi bandar udara di daerah pedalaman dan terpencil.
Tujuannya untuk memacu potensi dan berkembangannya
simpul-simpul ekonomi, meningkatkan aksesbilitas daerah-daerah tujuan
wisata, meningkatkan distribusi produk dan jasa.
Kelima belas bandar udara baru yang dibangun yaitu Bandar
Udara Tambelan-Tambelan, Bandar Udara Letung-Anambas, Bandar Udara
Tebelian-Sintang, Bandar Udara Muara Teweh-Barito Utara, Bandar Udara
Samarinda Baru-Samarinda, Bandar Udara Maratua-Berau, Bandar Udara
Miangas-Kep. Talaud, Bandar Udara Siau-Kep. Siau. Bandar Udara
Kertajati-Majalengka, Bandar Udara Buntu Kunik-Tanah Toraja, Bandar
Udara Morowali-Morowali, Bandar Udara Namniwel-Buru, Bandar Udara
Kabir/Pantar-Alor, Bandar Udara Werur-Tambrauw, dan Bandar Udara Koroway
Batu-Boven Digoel.
Bandar Udara Miangas yang terletak di Kepulauan Talaud
merupakan bandar udara yang telah diresmikan oleh Presiden RI Joko
Widodo didampingi oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.
Pembangunan bandar udara ini adalah perwujudan dari program
Nawa Cita untuk membangun Indonesia dari pinggiran. Bandar udara ini
juga menjalin konektivitas antar wilayah yang dapat membangun ekonomi
dan kesejahteraan masyarakat Miangas.
“Beberapa teman di Miangas mengatakan dengan adanya bandara
di Miangas itu membuat mereka bersemangat berkehidupan, berekonomi, dan
produktivitas meningkat. Saya pikir inilah bentuk keberhasilan
pembangunan yang dilakukan Pemerintah di wilayah-wilayah pinggiran,”
ucap Menhub.
Nelayan Miangas Petrus Mambu mengatakan bandar udara ini
menjadi jawaban atas kebutuhan masyarakat Miangas terhadap transportasi.
Bandar udara ini memudahkan masyarakat untuk bepergian ke
daerah-daerah lain di Indonesia. Menurut tokoh masyarakat Miangas Hibor
Arunda’a kehadiran bandar udara Miangas memberikan dampak yang baik dan
mengubah dinamika kehidupan masyarakat di Miangas.
Kini masyarakat tak hanya mengandalkan kapal perintis, akan
tetapi juga tersedia pesawat terbang untuk transportasi sehari-hari. Ia
berharap jumlah frekuensi penerbangan dari dan ke Miangas ditambah.
Saat ini penerbangan maskapai Wings Air yang melayani penerbangan ke Miangas hanya satu kali seminggu.
“Mereka beli kopra lalu dipasarkan di Bitung atau Tahuna.
Kopra ini dimuat dengan kapal perintis kemudian mereka terbang
menggunakan pesawat ke Manado. Mereka jemput kopra lalu uangnya
dibelanjakan sembako untuk kebutuhan di Miangas. Setelah itu mereka
kembali ke Miangas menggunakan kapal perintis karena membawa barang,”
ungkap Hibor Arunda’a.
Pembangunan infrastruktur transportasi juga terbukti mampu menjaga ketersediaan bahan pokok dan menurunkan disparitas harga.
Hal ini pun dirasakan masyarakat Ilaga di Kabupaten Puncak,
Papua. Berkat pembangunan Bandar Udara Ilaga, masyarakat merasakan
penurunan harga semen sebesar 50%. Tak hanya itu, harga BBM pun
mengalami penurunan.
“Papua itu daerah terjauh dan sulit dijangkau. Harga BBM di
sana Rp 50.000/liter, namun kalau lagi langka harga BBM bisa Rp
100.000/liter. Oleh karenanya, Pemerintah lakukan kebijakan BBM 1 harga.
Sekarang BBM bisa dijangkau dengan harga Rp 6.500/liter. Selanjutnya
Pemerintah masih terus berupaya selain harga BBM, harga bahan pokok juga
menurun,” jelas Menhub.
Bupati Puncak Jaya, Papua Willem Wandik pun merasakan
kehadiran negara melalui Pemerintah Pusat dengan semangat bagaimana
negara hadir di daerah-daerah terpencil bahkan seluruh Indonesia
sehingga semuanya dapat berjalan dengan baik.
“Mulai sekarang sudah ada pemerintah pusat, dalam hal ini
perhubungan, sudah memerhatikan bandar udara di sana. Tadinya ekonomi
masih mahal dan akhirnya semakin banyak transportasi, pesawat semakin
banyak masuk. Satu hari saja 30 – 40 (pesawat) kali masuk sehingga roda
pemerintahan, ekonomi semakin naik, dan Puji Tuhan harga mulai semakin
turun,” jelas Willem Wandik.
Upaya Kemenhub membangun bandar udara di daerah-daerah
terpencil dan menyediakan pelayanan angkutan udara perintis sebagai
jawaban atas kondisi geografis Indonesia yang memiliki bentangan yang
tersebar dan sangat luas, dan masyarakat yang mendiami wilayah tersebut
berhak mendapatkan layanan transportasi yang terjangkau dan memadai,
yang disediakan oleh pemerintah.
Selain itu, Kementerian Perhubungan mempunyai program
unggulan tol laut. Tol laut ini memiliki 13 rute yang dapat mempermudah
dan mempercepat proses distribusi kebutuhan pokok.
Berdasarkan hasil kajian program ini telah mampu menurunkan
disparitas harga produk-produk dan komoditas yang berbeda antara wilayah
Indonesia Barat dan wilayah Indonesia Timur.
Penurunan disparitas harga ini sudah dirasakan masyarakat di
Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur. Sejak ada tol laut, harga
barang di daerah tersebut mengalami penurunan sebesar 10 – 20%.
Sesuai data dari Kementerian Perdagangan, harga semen
sebesar Rp 55.000 pada Agustus 2016 mengalami penurunan sebanyak 14%
menjadi Rp 47.500 pada Juni 2017. Bahan pokok seperti beras pun turut
mengalami penurunan dari harga Rp 14.000 pada Agustus 2016 menjadi Rp
10.500 pada Mei 2017.
Transportasi menjadi salah satu rantai penting dalam
jaringan mobilitas penumpang dan distribusi barang maupun jasa yang
dapat mendukung pembangunan ekonomi yang berkeadilan. perekonomian,
menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
Pembangunan infrastruktur transportasi ini menjadi pijakan
perekonomian Indonesia agar mampu mencapai puncak kejayaannya dengan
menjadi negara ekonomi terbesar ke-4 di dunia pada tahun 2045.
Kamis, 19 Oktober 2017
Home »
Banten
,
Berita
,
Berita Banten
,
Daerah
,
Ekonomi
,
Nasional
» Inilah Trobosan Pembangunan Infrastruktur Transportasi Tunjang Pemerataan Kesejahteraan dan Ekonomi yang Berkeadilan
0 comments:
Posting Komentar